Sesungguhnya jika seorang pedagang
mendatangi tempat perdagangan dan saat tersebut adalah memasuki musim
perdagangan, kemudian melakukan berbagai bentuk transaksi untuk meraih
keberuntungan, sungguh setelah ia pulang kembali saat musim perdagangan
tersebut berakhir, maka kemudian ia melakukan penghitungan dari hasil
muamalahnya, ia melihat hasil yang didapatkan dari keberuntungannya dan
apa yang diperoleh dari apa yang ia usahakan, ia melihat apakah ia
beruntung ataukah ia rugi? Apakah ia berhasil atau ia pailit.
Demikianlah perhatian yang besar dalam perdagangan di pasar dunia dan
pada perkara yang akan binasa, maka hendaklah kita semua mengambil
pelajaran darinya dengan cakap dan dengan akal yang bersih untuk perkara
yang lebih besar.
Sungguh kita semua jadi ingat dengan
berakhirnya hari-hari dan bulan-bulan yaitu kita mengingat berlalunya
umur-umur kita, dan perjalanan menuju negeri kekekalan, dan dunia itu
bukanlah negeri tempat tinggal, dunia itu hanyalah negeri yang dilewati
dalam sebuah perjalanan singkat untuk menuju akherat suatu masa yang
tanpa akhir, dan dunia itu hanyalah pasar yang seorang musafir mencari
perbekalan sebagai perbekalan untuk safarnya, maka hendaklah setiap
individu mencari bekal padanya dengan amalan-amalan sholeh firman Allah
Ta’aala :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekallah, dan Sesungguhnya
Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang
yang berakal. (Al-Baqoroh :197)
Dunia itu dicerca lebih banyak dalam
penyebutannya berkaitan kebinasaannya dan berbolak-baliknya keadaan
dunia tersebut, dan ini merupakan awal dari dalil yang menunjukkan bahwa
akan berakhirnya dunia itu, dan akan binasa dunia itu, dan keadaan
sehat di dunia itu akan diganti dengan keadaan sakit, dan adanya dunia
itu akan diganti tidak adanya, keadaan muda akan diganti dengan ketuaan,
kenikmatannya akan diganti dengan bencana, dan kehidupan di dunia ini
akan diganti dengan kematian, bangunan-bangunannya akan diganti dengan
kehancuran, berkumpulnya dan persatuan di dunia akan diganti dengan
perpisahan terhadap orang-orang yang dicintai, dan setiap dari apa yang
di atas tanah itu adalah tanah.
Maka hendaknya setiap individu dalam
perjalanan hidup di dunia ini untuk kemudian berbekal. Bekal apa yang
harus dikumpulkan dan dipersiapkan untuk suatu perjalanan jauh yang akan
ia tempuh. Perjalanan nan panjang menuju kampung halaman yang
diharapkan, kampung akhirat, kampung tempat tinggal akhir tanpa berakhir
sesuai dengan ketentuan dan ketetapan dari sisi Allah Ta’aala yang
telah menetapkan bahwa jannah (surga) dan neraka itu adalah kekal
selamanya.
Dan sungguh mayoritas manusia dalam
perjalanan hidupnya kebanyakan tertipu dengan perbekalan yang harus ia
persiapkan. Tertipu, sehingga mayoritas terlena dengan mengumpulkan
perbekalan untuk semata hidup di dunia yang sesaat, dari kesibukan
mengumpulkan perkara dunia dan melalaikan sebaik-baik perbekalan yaitu
ketaqwaan dan amalan sholih. Lebih menyedihkan lagi, mereka memenuhi
kebanyakan dari sisi kehidupannya dari perbuatan menghinakan diri dengan
melumuri amalannya dengan berbagai perbuatan kesyirikan dan
mencampakkan aqidahnya, kemudian mayoritas manusia meremehkan penegakan
amalan sholat dan kewajiban zakat, sedangkan keduanya adalah
sebesar-besar rukun islam setelah dua kalimat syahadah.
Atau bahkan seseorang tak mempedulikan
lagi batasan-batasan syari’at untuk sekedar meraih bekal hidup dan
kepentingan ambisi dunianya semata, menjatuhkan diri dalam perbuatan
riba dalam keadaan mereka mengetahui hal tersebut adalah suatu yang
dilarang syariat, sungguh telah tersebar riba dalam berbagai muamalah di
kalangan kaum muslimin, tetapi bukan berarti mengharuskan untuk kaum
muslimin menjatuhkan diri dalam hal riba tersebut, karena di sana banyak
jalan upaya mencari rizki yang diridhoi oleh pembuat syari’at ini yaitu
Allah Ta’aala. Dan yang lain sebagian para pemuda kaum muslimin telah
terjatuh pada perbuatan fakhisah (keji) dan perbuatan kotor. Dan
telah menyebar kedustaan-kedustaan di dalam muamalah, dan didapati di
antara orang-orang yang memiliki jabatan adanya saling memberikan suap
yang dilaknat oleh Nabi shollallohu’alaihi wa sallam dari orang-orang yang berusaha untuk melakukan perbuatan suap, demikian pula yang menyuap dan yang menerima suap.
Demikian pula banyak perbuatan-perbuatan
kejahatan di dalam urusan persengketaan dan kedustaan-kedustaan dalam
persaksian. Sebagian para wanita meremehkan masalah hijab dan mereka
memamerkan dandanannya dengan berhias pada pakainnya. Maka atas kaum
muslimin untuk bertaqwa kepada Allah Ta’aala dan untuk memperhatikan
dengan perhatian yang besar dari bahaya-bahaya tersebut, dan hendaklah
memperbanyak taubat dan istighfar, sebagai bekal yang lain untuk
meneruskan perjalanan panjangnya menuju kampung halaman yang diharapkan,
kampung akhirat.
Maka hendaknya setiap individu muslim
menjaga ketaqwaan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dan berupaya untuk
senantiasa menjauhi perbuatan kemaksiatan, karena kita ini di masa
dimana sangat besar fitnah itu karena sebab bercampurnya
kejelekan-kejelekan dengan kebaikan-kebaikan disebabkan karena
berdekatannya negeri-negeri, dan karena mudahnya hubungan serta mudahnya
sarana-sarana penyebaran yang memberitakan tentang kejelakan-kejelekan
apakah dari perkara informasi judul lagu dan kelompok musik, berita
actor dan artis serta para pemain sinetron dan sekaligus presenternya,
apakah lewat sarana radio, televisi dan media lain dengan
program-programnya yang rusak dan merusak, sampai menjadilah alam ini
sebagaimana satu negeri, sesuatu yang terjadi di ujung dunia ini sampai
ke ujung dunia yang lain dengan sangat cepat waktunya secara
pendengaran, penglihatan dan bacaan.
Berbekal dengan menjaga ketaqwaan di
atas pemahaman agama yang benar ini adalah jalan keselamatan di dunia
dan di akhirat. Menelusuri jejak generasi terbaik, mempelajari dan
memahami serta mengikuti pemahaman mereka para sahabat Nabi adalah
keselamatan dua negeri (dunia dan akhirat). Keselamatan di dunia dengan
terhindar dari berbagai kesesatan dan berbagai program penyesatan di
dalam beragama ini. Keselamatan dengan terjaganya darah, harta benda
dan terpenuhi suasana aman, tumbuh kekuatan dan persatuan di antara kaum
muslimin.
Demikianlah kebahagiaan sesungguhnya di
muka bumi dan di akherat terselamatkan dari api neraka dan adzab yang
pedih, dan menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam jannah yang penuh
kenikmatan, dan selamat dari berbagai bahaya dan kehancuran, dan tanpa
pemahaman agama islam dengan benar ini tidaklah ada keselamatan dan
kebahagiaan, dan hanyalah kerugian terus menerus yang di dapatkan,
demikian pula kesengsaraan yang kekal, karena ia dalam kehidupan ini
tidak berbekal dengan ketaqwaan dan amal shalih, akan tetapi berbekal
dengan berbagai kelalaian yang menyengsarakan.
Seluruh manusia itu akan terus berada di
atas kemuliyaan ketika iman dan taqwa menjadi bekal manusia dan akan
senantiasa memiliki kemuliyaan yang paling besar, firman Alloh Ta’aala :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya ; Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu.. (Al Hujurot : 13).
[ Dikutip dari tulisan Ustadz Marwan Abu Hafsh ]









0 komentar:
Posting Komentar