Yang
dimaksudkan dengan jihad disini adalah jihad yang berhukum fardhu kifayah.
Sedangkan jihad yang fardhu ‘ain, maka tidak ada keharusan adanya keridhaan
kedua orang tua akan hal tersebut.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr
radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki yang meminta izin
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk berjihad, maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepadanya,
‘Apakah kedua orang
tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘Ya, masih.’ Beliaupun bersabda, ‘Maka pada
keduanya, hendaklah engkau berjihad (berbakti).’” (HR. Al
Bukhari dan Muslim).
Di dalam kitab Subulus Salam
(III/78), ash-Shan’ani mengatakan, “Lahiriahnya sama, apakah itu jihad fardhu
‘ain atau fardhu kifayah dan baik merasa keberatan pada kedua orang tuanya atau
tidak. Jumhur ulama berpendapat bahwasanya diharamkan berjihad bagi seorang
anak jika dilarang oleh kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dengan
syarat keduanya harus muslim, karena berbakti kepada keduanya adalah fardhu
‘ain sementara jihad tersebut adalah fardhu kifayah, tetapi dalam jihad yang
hukumnya fardhu ‘ain, maka lebih didahulukan jihad.
Jika ada yang mengatakan, “Berbakti
kepada orang tua adalah fardhu ‘ain juga sementara jihad pada saat itu
dijawibkan, maka ia menjadi fardhu ‘ain. Dengan demikian, keduanya berkedudukan
sama, lalu dimana letak pendahuluan jihad?”
Dapat dikatakan, ‘karena
kemaslahatannya lebih umum, di mana jihad dimaksudkan untuk menjaga agama
sekaligus membela kaum muslimin, sehingga kemaslahatannya bersifat umum, maka
yang didahulukan atas yang lainnya dan ia lebih didahulukan atas kemaslahatan
penjagaan fisik. Di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan keagungan berbakti
kepada kedua orang tua, di mana ia lebih utama daripada jihad (yang hukumnya
fardhu kifayah).’”
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al
‘Ash radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki menghampiri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wassalam seraya berucap, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk
berhijrah dan berjihad dengan mengharapkan pahala dari Alloh.’ Beliau bertanya,
‘Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘Ya,
masih, bahkan kedua-duanya.’ Maka beliau bersabda: ‘Berarti engkau
menginginkan pahala dari Alloh? Dia menjawab , ‘Ya.’ Beliau
Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ‘Kembalilah kepada kedua
orang tuamu, lalu pergaulilah mereka dengan baik.’” (HR.
Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
“Aku pernah tanyakan
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, ‘Amal apakah yang paling
dicintai Alloh? Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’
Tanyaku. Beliau menjawab, ‘ Berbakti kepada kedua orang tua.’ Lebih lanjut,
kutanyakan, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’”
(Muttafaq ‘alaih)
Dari Abdulullah bin ‘Amr
radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seseorang mendatangi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam seraya berucap, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk berhijrah
dan membiarkan kedua orang tuaku menangis.’ Maka beliau bersabda,
‘Kembalilah kepada
keduanya, lalu buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat
keduanya menangis.’” (HR. Abu Dawud dg sanad yg hasan)
Dinukil dari Kitab, “ Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah,
penulis Ummu Salamah as-Salafiyyah, penerbit Pustaka Ibnu Katsir.










0 komentar:
Posting Komentar